LITERASI
SEMUA AKAN INDAH PADA WAKTUNYA
Angin pagi berhembus sepoi-sepoi,
burung-burung berkicau dengan riangnya loncat sana loncat sini seolah ingin
menghiburku untuk tetap tersenyum dan menata masa depan yang bahagia.
Sesekali ku pandangi pemandangan di
belakang rumah ku yang masih asri sambil tersenyum getir karena merasa
kehidupanku tak seindah alam ciptaannya.
Lagi - lagi ku menyeka air mata yang
terus mengalir tanpa henti, ketika ada orang lewat aku pura - pura tersenyum
bahagia padahal hati hancur lebur luluh lantah bagaikan diterjang ombak
yang dahsyat. Kenapa tidak aku hanya seorang anak gadis yang ingin tetap
meneruskan sekolah tapi orang tuaku melarang ku. Sedih rasanya hatiku ini.
Oh ya perkenalkan aku adalah anak ke
tiga dari empat bersaudara, Kaka pertama ku bernama Neni nurhaebi sebut saja
Neni, dia sangat perhatian dan sayang kepada Adek -adeknya kakak kedua
bernama. Iin Inayah sebut saja Iin dia juga sama kakak yang dan perhatian
kepada Adek - adeknya, nah satu lagi adekku laki - laki dia agak manja dan sedikit
jail mungkin karena laki - laki dan merasa anak bontot kali ya... bernama
Baihaqi sebut saja Bai. Dulu ketika kami kecil kami merasa sangat bahagia,
hidup penuh dengan canda tawa bersama keluargaku, dan punya ayah yang
selalu perhatian dan sayang terhadap anak - anaknya walaupun ketika
belajar sangat streng terhadap anak - anaknya. Ya karena mungkin karena saking
sayangnya terhadap anak -anaknya.
Masih terbayang di ingatanku setiap
malam selepas shalat Maghrib dan pulang mengaji kami kumpul di ruang tengah
sambil mijitin ayah. Sambil di pijit ayah bercerita tentang kancil dan buaya,
tentang kura - kura dan monyet, tentang si Kabayan pokoknya banyak deh cerita-
ceritanya. bahkan ayah suka bernyanyi bersama anak -anaknya . Susah rasanya
untuk melupakan kenangan-kenangan yang indah itu,apalagi ketika ayah bilang
"anak - anak ayah harus sekolah yang tinggi biar gak kayak ayah bodoh karena
gak sekolah," ayah melanjutkan bicara lagi " Ayah gak bisa ngasih
harta berlimpah kepada kalian tapi berusaha memberi ilmu kepada kalian, makanya
kalian harus sekolah yang tinggi, pokoknya sampai manapun ayah akan sekolahkan
kalian." Perkataan itu sering di ulang - ulang di depan anak-anaknya. Dan
hal itu yang tak bisa kulupakan.
Kenapa tidak ayah yang tadinya baik
perhatian sayang sama anak-anaknya gara – gara punya utang ke bank dan dia jadi
rentenis berubah 180 derajat, sering marah –marah sering bentak – bentak bahkan
sering mukulin anak – anaknya termasuk aku.
Pada suatu hari tepat hari Sabtu
waktu di sekolah ada pembagian raport dari malam hatiku sudah dag-dig-dug
apakah dapat juara kelas atau tidak, pokoknya semalaman kurang tidur, berharap
mendapat juara biar dapat kado dari kakak, biasanya kalau dapat juara suka di
kasih kado.
Keesokan harinya akupun bergegas
siap - siap ke sekolah, setelah sarapan dan pamit akupun berangkat ke sekolah
dengan harap - harap cemas. Sesampai di sekolah akupun biasa berbaur dengan
teman-teman di sekolah. Lonceng pun berbunyi kami berlarian masuk ke kelas
masingmasing. Tak lama kemudian pak guru datang sambil menyapa anak-anak
didiknya." Selamat pagi anak - anak " kamipun menjawab " selamat
pagi paaaak" dengan serentak. Pak guru melanjutkan berbicara " hari
ini bapak akan membagikan raport kepada kalian, bagi yang di panggil namanya
maju ke depan," teng teng teng dadaku semakin berdegup kencang sambil
berdoa dalam hati " ya Allah semoga aku dipanggil ke depan" pak guru
melanjutkan bicara lagi " ok baiklah anak -anak bapak akan mengumumkan
juara kelas di kelas 6, juara ketiga di raih oleh ananda..... Siapa
ya.... Suparman,. Hatiku sedih yaaah aku gak dapat deh kayaknya mereka kan
pintar - pintar" terdengar lagi pak guru melanjutkan pengumumannya "
juara ke dua diraih oleeeeh ... Ananda Khoiriyah... semakin pasrah hati ini,
"yaa udah aku gak merhatiin takut kecewa" sambil buka - buka buku,
kebetulan di meja ada buku. Pak guru melanjutkan pengumuman "juara
ke satu di raih oleh ananda.... Safitri, kata teman fit kamu di
panggil" kataku aaah yang bener" Fitri ada gak kata pak guru"
lalu aku bergegas ke depan dengan perasaan antara percaya dan tidak. Pak guru
langsung memberikan reward kepada siswanya yang berprestasi. Setelah di bagi
rapot semua akupun langsung bergegas pulang, ingin cepat - cepat memberi tahu
ayah bahwa aku dapat juara 1, karena kata ayah kalau dapat juara. Aku akan si
sekolah kan kemana aja. .Sesuai kemauanku.
Sesampai di rumah aku langsung
menemui ayah, dan bercerita bahwa aku dapat juara satu, eeeeh ternyata pas aku
cerita aku gak dapat respon apapun dari ayah. Hatiku sediiiiiih sekali, aku
kira setelah aku dapat juara keras ayah akan luluh dan perhatian lagi
kepadaku.akupun langsung beregegas ke kamar dengan rasa kecewa.
Hari berganti hari, Minggu berganti
Minggu, bulan - berganti bulan ahirnya kelulusan pun tiba, aku menghayal “aah
kalo nilai nemku tinggi aku mau melanjutkan sekolah ke SMP NEGERI,
biar bisa jadi orang sukses dan jadi guru, kataku dalam hati.
Setelah dibagi ijazah dan
Alhamdulillah nemku mencukupi untuk masuk di SMP NEGERI, biar bisa mengikuti
jejak langkah kakakku yang pertama, aku cerita sama ayah bahwa aku mau
melanjutkan sekolah di tempat kakak dulu. Apa jawaban ayah, dia tidak merespon
sedikit pun, aku hanya terdiam karena takut ayah marah, tapi Karena melihat
ayah diam aku coba beranikan diri untuk merajuk sama ayah “ bleh ya yah aku
sekolah lagi” kataku, langsung ayah berdiri sambil membentaku, sekolah! Sekolah
aja apa gak kasian sama orang tua yang ngebiayain ? udah gak usah sekolah
perempuan mah sekolah gak sekolah juga tetap ke dapur “ jawab ayah sambil
melotot. Aku hanya diam dan tertunduk karena sedih dan ahirnya berlalri ke
kamar menyusupka kepala di bantal agar tidak ketahuan kalua nangis.
Setelah lulus SD kegiatanku di rumah
hanya bantu - bantu ibu di rumah, sesekali jagain warung dipasar.
Sebenarnya hatiku iri melihat teman-teman SD ku sudah pake baju seragam. Tapi
apalah daya aku tak kuasa. Aku sering berdo’a kepada sang kuasa agar dapat
meluluhkan hati ayah yang begitu keras bagaikan batu, agar mengijinkamku untuk
sekolah. Sering aku berdoa “ ya allah buktikan kepadaku bahwa engkau lebih
kuasa kepadaku, buktikanlah ya allah…..buktikan, di setip saat doa itu selalu
kupanjatkan bukan hanya setelah shalat aja tapi di setiap waktu dan di manapun
doa itu sering kupanjatkan.
Ke esokan harinya aku main ke rumah
kakaku yang pertama, yang tak jauh dari rumah ayahku, aku menceritakan
keinginan ku untuk sekolah, karena aku tahu kakakku ngajar di salah satu
sekolah swasta di desaku, biarlah aku sekolah di mana saja yang penting sekolah
daripada di rumah nganggur, ujarku dalam hati. Ahirnya aku utarakan keinginanku
untuk sekolah lagi kepada kakak pertamaku, Kata kakakku" udah
sekolah aja di tempat kakak ngajar, iya kak jawabku. Akupun mau dan nurut atas
saran kakaku untuk sekolah ditempat kakak ngajar
Keesokan harinya aku nyamper kakakku
untuk di daftarkan sekolah. Sesampainya di sekolah aku bertemu dengan kepala
sekolah yang baik dan berwibawa. Dan akhirnya akupun di terima di sekolah
swasta itu. Bahkan suruh masuk kelas walaupun tidak pake seragam. Hatiku senang
sekali bisa sekolah lagi. Alhadulillah doaku terkabul , ayah melihat aku
sekolah tak komentar apa – apa dia hanya diam saja.
Kelas satu, dua dan tiga telah ku
lalui tanpa menghiraukan ocehan ayah, karena itu aku anggap sebuah tantangan
untuk maju.aku tetap sekolah sampai ahirnya lulus dari sekolah swasta itu.
Setelah lulus dari sekolah swasta
itu aku bingung mau ke mana lagi, teman - teman ku sudah banyak yang daftar
sekolah, dalam hati mulai deh buntu, pasti kalau bilang sama ayah ingin sekolah
lagi pasti dibentak lagi. Tapi aah mudah - mudahan sekarang ayah berubah
mengijinkanku untuk melanjutkan sekolah” Ujarku dalam hati untuk mengobati
kekhawatiranku.
Suatu malam akupun mengutarakan isi
hatiku kepada ayah untuk melanjutkan sekolah lagi terserah sekolah di mana aja
yang penting sekolah.” Yaaah…” aku
memulai pembicaraan" apa?...." Kata ayahku "aku ingin
melanjutkan sekolah lagi yah" kataku " langsung ayah berdiri dan
membentak - bentak aku sambil jarinya menunjuk ke arahku, " dasar anak
tolol, anak tak tahu di untung, anak durhaka yang tidak sayang orang tua , dulu
juga gak boleh sekolah …!gak boleh
sekolah, kenapa sekarang pengen sekolah lagi?... gak …! Gak bakalan ayah ijnin,
pokoknya ayah gak bakalan nyekolahin kamu lagi, walaupun kamu keluar air mata
darah dan nanah sekalipun, ayah tidak akan menyekolahkan kamu lagi. Ayah sudah
lelah, ayah sudah cape ngurusin kamu dari kecil, sekarang giliran kamu yang
ngurusin orang tua. Sambil ngomel-ngomel ayah beranjak pergi. Dek hatiku hancur
, lututku lemas tak berdaya bagaikan si sambar petir di siang bolong. Dunia
terasa gelap lagi,mau nangis sudah gak bisa hanya tertunduk dan terdiam, ada
ibuku dia tidak bisa berbuat apa-apa hanya bisa mengelus ku dan menangis,
karena yang memegang kendali adalah ayah. Sempat ibu membelaku tapi ayah
malah memarahi ibuku,. Nyangkanya ibuku selalu memanjakan anaknya. bahkan
sering juga ibuku dibentaknya dengan kata - kata menyakitkan, ibu dibilang kebo
lah, boroslah dsb, dan ibuku tidak bisa melawan hanya air mata yang menjadi
saksi.
Setelah agak tenang ditenangkan oleh
ibu aku berpikir sudahlah mungkin ini takdirku dan jalanku untuk tidak sekolah
lagi. Aku pendam rasa ingin sekolah dalam - dalam.
Karena sudah gak minta sekolah lagi
ayah mulai merajuku dengan kata-kata manis, "fit kalo kamu gak melanjutkan
sekolah lagi ayah akan belikan kamu motor dan kalung 15gr, kata ayahku "
aku diam tak menjawab ayah melanjutkan omongannya lagi asalkan kamu jangan
sekolah, boleh pilih mau kerja di pabrik,mau kursus atau nikah. Deg hatiku
mulai terluka lagi. Akupun mulai memberanikan diri bicara ke ayah, " Ayah
maaf bukan fit mau menggurui ayah tapi kata guru fit juga, lebih baik banyak
ilmu dibanding banyak harta, karena dengan ilmu harta bisa dicari,. Kataku, Ayah
melotot sambil nomong, ngomong apa kamu , ilmu ...ilmu .....ilmu....punya
ilmu juga kalo sengsara nyuri juga, makanya kerja jangan jadi pemalas, dasar
otak udang pengennya di suapin orang tua aja. Kalau udah gak mau diatur
silahkan pergi jangan di rumah ini lagi.jangan pulang sebelum bawa uang,
silahkan mau jadi pelacur atau apa yang penting menghasilkan uang. Kebetulan
ada kakaku yang ke dua di situ kami pun hanya bisa menangis dan menangis. Sedih
rasanya mendengar kata-kata orang tua seperti itu, dalam hatiku bukankah
omongan itu do’a, ya sudahlah mudah-mudahan ucapan ayahku tidak jadi kenyataan.
Sebetulnya bukan tamparan psikis
saja yang sering kami terima tamparan fisikpun sudah jadi makanan sehari-hari.
Suatu ketika di musim hujan, ibuku sedang tidak di rumah dan kakaku sedang ke
rumah temannya, aku di suruh menggoreng pisang, saking kedinginannya ayahku
mendekati tungku karena wakt itu belum ada kompor gas, dan aku mau memasukkan
pisang ke minyak panas dan apa yang terjadi, pisang jatoh ke minyak mendidih
langsung muncrat ke muka ayahku, apa yang di lakukan ayah? Ayah langsung
menampar pipiku, seeeeeng pipiku terasa panas dan telingaku terasa tuli, dasar
tolol, otak udang deketin dulu pisang nya ke minyak jangan dari jauh, makanya
belajar, belajar jangan molor aja. Aku hanya terdiam seribu bahasa dan tetap
melanjutkan goreng pisang .
Pada suatu malam aku dan kakakku
yang kedua ngobrol bisik2 di kamar " kak kita kabur aja yu dari rumah ini,
rumah ini kaya neraka tidak ada ketenangan " kataku jawab kakaku ayoo kita
kabur aja, kita cari kerja aja ke kota biar dapat uang. Aku inget banget waktu
itu bulan puasa kami pergi bawa ijazah SLTP, sampai di kota serang bingung mau
pergi ke mana, ahirnya kakaku punya ide untuk maen ke rumah temannya, sampai di
rumah temannya kami bincang – bincang dan menceritakan tujuan kami yaitu ingin
mencari kerja di situ aku dan kakaku membuat lamaran pekerjaan tapi tak kunjung
juga. Ahirnya seminggu sudah kami nginep di rumah teman kakakku yang ke dua,
penerimaan mereka sudah tiak mengenakan lagi seolah kami di suruh pergi dari
rumah itu dengan cara halus, teman kakakku gak pulang – pulang kamipun bingung
tinggal di rumah itu tapi yang penya rumah meninggalkan kami, sediiiiiih
rasanya. Kamipun pergi dari rumah temen kakakku itu ke rumah bibi di pandeglang
kami nginep di sana selama tiga hari dan ahirnya kami diantarkan pulang oleh
bibi ke rumah.
Sesampai di rumah ayah hanya diam
saja gak ngomong apa kepada kami, padahal kami kami tahu ayah nyari – nyari aku
dan kakakku ke tempat guruku.
Sehari – dua hari aku kesel di rumah
ahirnya aku beranikan diri datang ke rumah kakakku, sesampai di rumah kakakku
aku bilang “kak gimana ya fit pengen sekolah lagi” kalau pengen sekolah coba
datang aja sendiri ke kaung caang kakak juga ngajar di sana ko,” Jawab kakakku,
alhamdulillah ya udah besok fit ke kaung caang ya kak” iya… jawab kakakku”
alhamdulillah ya allah ….engkau masih memberikan jalan untukku agar aku bisa
tetap sekolah, terimakasih ya Allah….kataku dalam hati.
Ke esokan harinya aku buru – buru
mandi dan sarapan pagi langsung berangkat ke kaung caang menemui kepala sekolah
yang luar biasa hebat, dia sekarang sudah al – marhum, allahummagfirlahu
warhamhu wa’afini wa’fu anhu, semoga beliau ditempatkan di surganya allah
aamiin. Ahirnya aku di terima di sekolah itu
Keesokan harinya aku kebingungan gak
punya baju seragam sekolah, aku ngomong lagi sama kakakku yang pertama kak fit
gak punya seragam” kataku “ udah pake aja seragam bekas kakak dulu sekolah SMEA
“ kata kakakku “ oooh ya udah …tapi….bawahannya punya kakak mah celana,
sedangkan yang sekolah di sana semuanya pake rok.” Kataku “ gak apa – apa atuh
untuk sementara ini. Ahirnya aku ke sekolah
pake seragam bekas kakaku. Banyak teman yang memandangku dengan pandangan sinis
karena berpakaian tidak sama dengan mereka yaitu pake celana panjang,
ahirnya satu siswi yang menegurku dengan
nada sinis sebut saja “Karin” eeh kamu anak baru ya ?... itu pakaiannya kok
pake celana siih ?... di sini mah gak boleh pake celana panjang, harus pake
rok,” kata Karin” maaf jawabku” aku
belum punya seragam, kataku “ awas lho besok – besok pake rok ya… kata Karin
sambil nyinyir kepadaku.
Suatu ketika aku udah punya seragam
dan mulai muncul rasa PD ku aku mulai punya teman satu dua, walaupun yang
namanya Karin itu masih tetap nyinyir terhadapku, aku tak peduli. Masuklah
seorang guru kimia dia adalah guru terhebatku , karena berkat beliau Karin
selalu nyinyir kepadaku jadi mendekatiku. Gegara ketika pelajaran kimia di
kasih soal sama guru kimia satu kelas gak ada yang bisa menjawab Cuma aku dan
temanku romdon yang bisa jawab. Kata pak memet ( guru Kimiaku) yang sudah bisa
duduk di depan, dari kejadian itu Karin dan teman – temannya mendekati dan
tidak nyinyir lagi kepadaku, bahkan jadi teman dekatku sampai sekarang.
Tiga tahun sudah aku belajar di
Kaung caang, hingga ahirnya tiba sudah kelulusan dan perpisahan, mereka sangat ceria dan
bercerita ingin melanjutkan kuliah, ada yang ke kedokteran, kebidanan, dll. Aku
hanya diam saja. Ketika itu aku di dekati oleh teman dekatku sebut saja ati,
dia fit kita ke kuliah di rangkas aja yu…. Kata ati, hmmm aku gak ada biaya” kataku “ coba aja
dulu” kata ati “ok, mana brosurnya “ kataku, langsung ati memberikan brosur
kepadaku, dan setelah itu kamipun berpisah.
Dua minggu setelah kelulusan Ati
datang ke rumahku untuk mengajakku daftar kuliah di rangkas, ahirnya tanpa
sepengetahuan ayah aku daftar kuliah dengan uang pendaftaran RP. 25.000,00 aku
ambil dari uang kas IKMI waktu itu kebetulan aku bendaharanya.
Bengkatlah aku dan Ati ke kampus
untuk ikut tes, setelah selesai tes kata dosen “nanti hasil kelulusannya
dikirim lewat pos ya..” kamipun pulang
ke rumah masing – masing.
Seminggu dari situ ada surat dari
pos untuku, dan aku kaget banget ternyata
surat itu dari kampus tempatku daftar kemaren, dengan perasaan deg –
degan tak menentu ku buka surat itu pelan – pelan. Setelah dibuka aku baca
isinya ternyata itu surat lulus dan aku dinyatakan lulus dan wajib membayar
admistrasi sebesar Rp. 450.000,00. Deg perasaanku campur aduk antara senang dan
takut, senang karena lulus dan takut karena pasti akan di marahi ayah.
Malam harinya kucoba beranikan diri
memberi surat dari kampus kepada ayah, yah ada surat kataku , ayah langsung
menerimanya setelah di baca ayah, wajah ayah langsung berubah lagi sengit dan
menakutkan, haiii kamu fitri” kata ayahku, dari dulu juga ayah gak setuju kamu
sekolah kenapa ini malah pengen kuliah?....karena sudah besar aku beranikan
diri ngomong sama ayah, “ yaaah sekarang mah fit pasrah terserah ayah yang
penting fit sudah berusaha, kalau aya gak mau nguliahin gak apa – apa jawabku,
“ ayah terdiam sejenak lalu melanjtkan omongannya lagi masih dengan nada
tinggi, “ ya udah kalo tanah ayah laku di jual kamu akan ayah sekolahin”kata
ayahku, dari situ rasanya ploooong banget dan aku berdoa biar tanah ayah laku,
dan alhamdulillah tanah ayah laku dan aku bisa menyelesaikan administrasi
kuliah sampai lulus.
Sungguh bukan suatu perjalanan yang
pendek untuk menempuh semua itu, banyak tangisan, hinaan, tamparan, cacian
bahkan sering kelaparan. Biarlah semua itu jadi kenangan dan motivasi diri
banyaklah berdo’a karena dengan do’a insya allah semua bisa aamiin.
Ceritanya sngt mngaharukan,,, tpi ada motifasi luar biasa yg bisa contah,,,
BalasHapusEmng tth ku yg satu ini hebat luar biasa,,,
Saran adikmu trus berkarya dan ttp smngat,,,
Waw terimakasih adekuuu
BalasHapusCerita ini bagus dan sungguh sangat memotivasi saya. Saya harap kisah ini juga menjadi motivasi bagi banyak orang untuk terus berusaha demi meraih impian
BalasHapusSyukron 😘😘😘😘
BalasHapus